Berita Market

Harga CPO Terkerek Permintaan Tinggi di Malaysia

Sabtu, 19 Januari 2019 | 13:45 WIB
Harga CPO Terkerek Permintaan Tinggi di Malaysia

Reporter: Amalia Fitri | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Potensi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) kembali merangkak naik. Pemicunya adalah potensi permintaan CPO di Malaysia.

Jumat (18/1), harga CPO kontrak pengiriman April di Malaysia Derivative Exchange melejit 1,27% menjadi RM 2.226 per metrik ton. Dalam sepekan, harganya menguat 0,68%.

Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, dalam pertemuan Palm Oil Economic Review and Outlook (R&O) 2019 yang diselenggarakan di Putrajaya, Malaysia pada Kamis (17/1) diketahui bahwa ada potensi kenaikan pengunaan CPO di Pakistan mencapai 20%–25%. Hal ini bakal mengangkat ekspor CPO asal Malaysia.

"Di Pakistan, CPO digunakan untuk minyak goreng," kata dia, kemarin. Selain itu, Negeri Jiran tersebut juga sedang gencar mengerek penggunaan CPO untuk campuran biodisel dari 10% menjadi 20% di tahun 2020 mendatang.

Namun, dalam pertemuan tersebut, produksi CPO Malaysia diperkirakan meningkatkan ke 20,3 juta ton di tahun 2019. Sebelumnya, kisaran produksi CPO Malaysia ada di kisaran 18 juta ton–19 juta ton per tahun. Hal ini diprediksi dapat menahan laju penguatan CPO.

Kenaikan produksi CPO Indonesia diprediksi oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) sebesar 10% pada tahun 2019 turut menambah beban harga. "Tapi di satu sisi, ini bisa jadi peluang bahwa kedua negara ini sedang membuka pasar baru dan mencari peluang lain," tegas dia.

Analis Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi menambahkan, perundingan dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) menjadi katrol kenaikan harga CPO.

“Tensi dagang antara kedua negara memang belum dapat diekspektasi berlangsung sampai kapan. Namun, saat ini bagus dimanfaatkan oleh Indonesia dan Malaysia guna menyeimbangkan nilai ekspor agar kekhawatiran oversupply berkurang,” kata  Dini.

Sebagai informasi, sebelum perang dagang menghadang, ekspor CPO Indonesia tercatat US$ 17,8 miliar atau Rp 240 triliun pada tahun 2016. Negara tujuan ekspor terbesar adalah India dengan volume mencapai 5,1 juta ton. Dan diikuti China dengan jumlah ekspor sebesar 2,8 juta. Namun, setelah perang dagang terjadi, ekspor CPO Indonesia turun. Pada bulan November 2018 lalu, hanya 431.500 ton.

Nah, dengan meredanya tensi perang dagang, diharapkan Indonesia serta Malaysia dapat membuka pasar baru seperti Pakistan, Rusia, dan Norwegia. Dari sini juga hadir sinyal jika AS akan melonggarkan biaya impor komoditas asal Negeri Panda. "Salah satu komoditas yang banyak dilempar AS ke China adalah minyak kedelai, jika ada kelonggaran bea impor tersebut, maka diharapkan hal yang sama juga terjadi pada CPO," ujar Deddy.

Deddy pun optimistis, pekan depan, harga CPO dapat mendekati level RM 2.230 per metrik ton.

Terbaru