ABM Investama (ABMM) Kejar Penurunan Biaya Operasional 15%

Senin, 17 Juni 2019 | 07:03 WIB
ABM Investama (ABMM) Kejar Penurunan Biaya Operasional 15%
[]
Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan harga batubara sejak kuartal ketiga tahun lalu memaksa PT ABM Investama Tbk mengencangkan ikat pinggang. Target mereka adalah menurunkan biaya operasional sebesar 15% pada tahun ini.

ABM Investama menilai, strategi tersebut adalah satu-satunya cara untuk menyehatkan keuangan. Pasalnya, mereka tidak bisa mengendalikan penurunan harga batubara. "Yang bisa kami kontrol adalah biaya, melakukan efisiensi tapi tanpa mengganggu operasi itu penting," ujar Adrian Erlangga Sjamsul, Direktur PT ABM Investama Tbk kepada KONTAN, Sabtu (15/6).

Dalam kegiatan penambangan, ABM Investama menyebutkan ada biaya-biaya perawatan yang rutin harus dilakukan tanpa memperhitungkan naik atau turunnya harga batubara. Emiten berkode saham ABMM di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut menilai efisiensi biaya itulah yang harus dilakukan secara konsisten.

Berkaca dari catatan kinerja kuartal I-2019 misalnya, beban pokok pendapatan ABM Investasi memang berkurang 13,53% year-on-year (yoy) menjadi US$ 122,75 juta. Namun, penurunan tersebut sejalan dengan penyusutan 21,49% yoy menjadi US$ 144,90 juta.

Sementara kalau dihitung, margin laba kotor ABM Investama pada triwulan pertama tahun ini sejatinya lebih kecil ketimbang periode yang sama tahun lalu. Laba kotor kuartal I 2019 sebesar US$ 22,15 juta sehingga hitungan margin laba kotor mencapai 15,29%. Adapun laba kotor pada triwulan pertama 2018 senilai US$ 42,59 juta. Alhasil, margin laba kotor periode tahun lalu sebesar 23,08%.

Tak ayal, kinerja ABM Investama tertekan hingga pos bottom line. Dari Januari–Maret 2019 mereka membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau rugi bersih US$ 199.756 (lihat tabel).

Kalau menengok ke belakang, ABM Investama terakhir kali mencatatkan rapor merah pada kinerja keuangan tahun 2015 dengan rugi bersih US$ 3,06 juta. Selanjutnya perusahaan tersebut cuan hingga tahun lalu.

Target produksi

Meskipun cukup ketat menjaga pengeluaran, ABM Investama tetap mengejar target produksi. Hingga tutup semester I 2019, mereka memperkirakan bisa memproduksi 6 juta ton batubara dari total target produksi 12,5 juta ton batubara tahun ini.

Asal tahu, ABM Investama memproduksi batubara 3.400 kilokalori per kilogram (kkal/kg) dan 4.200 kkal/kg. Sasaran pemasarannya ke pasar dalam negeri, China, India, Vietnam, dan Taiwan. Ketimbang memburu pasar baru, perusahaan itu lebih memilih untuk mengandalkan pasar lama.

ABM Investama juga mengincar produksi pengupasan lapisan tanah penutup atau overburden removal sebanyak 180 juta bank cubic meter (bcm). Mereka menjalankan bisnis jasa penambangan melalui anak usaha bernama PT Cipta Kridatama.

Rencana akuisisi tambang baru juga masih berjalan. ABM Investama berniat mebeli tambang yang sudah beroperasi di Kalimantan Timur dengan cadangan sebanyak 100 juta ton batubara. Namun sejauh ini, belum ketahuan porsi kepemilikan saham mereka. Pasalnya, ABM Investama tengah menunggu proses pembenahan pada tambang tersebut.

Manajemen ABM Investama sudah menyiapkan dana internal senilai US$ 100 juta untuk memuluskan jual-beli tambang. Kalaupun dana internal masih kurang, perusahaan tersebut membuka peluang untuk meminjam bank. "Kami harap bisa secepatnya, setelah dilakukan beberapa pembenahan baru kami masuk," harap Adrian.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Bunga KUR Dipatok Flat 6% Mulai 2026, UMKM Bisa Ajukan KUR Tanpa Batas
| Senin, 17 November 2025 | 17:38 WIB

Bunga KUR Dipatok Flat 6% Mulai 2026, UMKM Bisa Ajukan KUR Tanpa Batas

Menteri UMKM Maman Abdurrahman umumkan perubahan signifikan KUR: bunga flat 6% dan pengajuan tanpa batas mulai 2026. 

Pemerintah Siap Patok Bea Keluar Emas, Targetkan Penerimaan Hingga Rp 2 Triliun
| Senin, 17 November 2025 | 16:35 WIB

Pemerintah Siap Patok Bea Keluar Emas, Targetkan Penerimaan Hingga Rp 2 Triliun

Besaran tarif dalam usulan ini bersifat progresif, mengikuti perkembangan harga emas dunia atau harga mineral acuan (HMA)

Kinerja BBCA Oktober: Pertumbuhan Laba Melambat Tapi Masih Sesuai Proyeksi Analis
| Senin, 17 November 2025 | 13:17 WIB

Kinerja BBCA Oktober: Pertumbuhan Laba Melambat Tapi Masih Sesuai Proyeksi Analis

BCA catat laba Rp 48,26 triliun di Oktober 2025, naik 4,39% secara tahunan dan sesuai proyeksi analis

Membedah Dampak Redenominasi Rupiah untuk Perekonomian
| Senin, 17 November 2025 | 10:33 WIB

Membedah Dampak Redenominasi Rupiah untuk Perekonomian

Situasi ekonomi suatu negara sangat mempengaruhi keberhasilan redenominasi. Ada beberapa aspek yang membuat kebijakan ini gagal.

Pelemahan Harga Properti, CTRA dan SMRA Tahan Banting dan Lebih Bisa Beradaptasi
| Senin, 17 November 2025 | 09:57 WIB

Pelemahan Harga Properti, CTRA dan SMRA Tahan Banting dan Lebih Bisa Beradaptasi

Survei harga properti BI menunjukkan pertumbuhan harga properti residensial di pasar primer melambat, hanya naik 0,84% YoY hingga kuartal III-2025

Strategi Transformasi ASSA Berbuah Manis: Laba Melonjak, Saham Direkomendasikan Buy
| Senin, 17 November 2025 | 08:30 WIB

Strategi Transformasi ASSA Berbuah Manis: Laba Melonjak, Saham Direkomendasikan Buy

Laba bersih PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) melompat didorong bisnis logistik dan penjualan kendaraan bekas.

Daya Beli Konsumen bisa Menguat, Saham Ritel AMRT dan MIDI Siap Tancap Gas?
| Senin, 17 November 2025 | 08:09 WIB

Daya Beli Konsumen bisa Menguat, Saham Ritel AMRT dan MIDI Siap Tancap Gas?

Menjelang momen musiman Nataru, kinerja emiten ritel modern seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) diprediksi menguat.

Dana Kelolaan Reksadana Pecah Rekor Rp 621 Tiliun, Aset Defensif jadi Andalan
| Senin, 17 November 2025 | 08:00 WIB

Dana Kelolaan Reksadana Pecah Rekor Rp 621 Tiliun, Aset Defensif jadi Andalan

Tujuh tahun mentok di sekitar Rp 500-an triliun, akhirnya dana kelolaan industri reksadana tembus level Rp 600 triliun.  

Investor Ritel Lebih Mengincar ST015 Tenor Dua Tahun
| Senin, 17 November 2025 | 06:45 WIB

Investor Ritel Lebih Mengincar ST015 Tenor Dua Tahun

Berdasarkan catatan salah satu mitra distribusi, Bibit, ST015 tenor dua tahun ST015T2 mencatatkan penjualan lebih banyak

Prospek Ekonomi Global Mendongkrak Logam Industri
| Senin, 17 November 2025 | 06:30 WIB

Prospek Ekonomi Global Mendongkrak Logam Industri

Harga logam industri terangkat oleh kombinasi sentimen makro yang membaik serta tekanan pasokan global yang belum mereda.

INDEKS BERITA

Terpopuler