Andalkan Padat Karya

Kamis, 31 Oktober 2024 | 03:11 WIB
Andalkan Padat Karya
[ILUSTRASI. Havid Febri]
Havid Vebri | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengangkat kembali industri manufaktur padat karya menjadi salah satu program prioritas Pemerintahan Prabowo-Gibran. Bagi pemerintahan sekarang, sektor padat karya menjadi salah satu tumpuan dalam penyerapan tenaga kerja, sehingga dapat mendorong perekonomian. 

Kebijakan ini berbeda dengan era sebelumnya saat Pemerintah cenderung lebih memprioritaskan sektor padat modal. Di lihat dari dampaknya terhadap perekonomian, kebijakan ini sangat tepat. 

Pasalnya, industri padat karya berkontribusi besar pada aspek sosial ekonomi, yaitu pertama, memiliki forward linkage dan backward linkage yang besar. Kedua, sebagai alat pemerataan ekonomi daerah. Ketiga, sebagai jaring pengaman sosial. Keempat, menghasilkan devisa ekspor.

Dari berbagai aspek itu, mengedepankan sektor padat karya memang lebih menjanjikan. Namun, sejumlah tantangan menghadang. Baru-baru ini, misalnya, publik dibuat terkejut dengan pailitnya PT Sri Rejeki Isman Tbk alias Sritex. Ikon kebanggaan industri tekstil nasional ini dinyatakan pailit lantaran tak bisa membayar utangnya yang menggunung. 

Kondisi yang yang dialami raksasa teksil asal Sukoharjo, Jawa Tengah, ini memancing reaksi Pemerintah untuk langsung turun tangan melakukan penyelamatan. Namun, penyelamatan krisis di industri tekstil, termasuk kasus Sritex dan sektor padat karya lainnya tak bisa reaktif, harus secara komprehensif. 

Pasalnya, hampir seluruh manufaktur padat karya kini sedang limbung alias goyah. Sebut saja tekstil, keramik, baja, alas kaki dan lainnya. Persoalan yang mereka alami cukup kompleks. Salah satu kendala utama yang kerap mereka teriakkan adalah serbuan produk impor murah dan impor ilegal asal Tiongkok. 

Di sisi lain, mereka juga mengeluhkan perihal mahalnya biaya energi yang membuat struktur biaya produksi menjadi mahal, sehingga output yang dihasilkan menjadi tidak kompetitif. Terutama saat harus bersaing dengan produk impor. Ekonomi berbiaya tinggi juga turut dipicu tren kenaikan upah buruh yang tak sebanding dengan kenaikan produktivitas.  

Presiden Prabowo tentu perlu segera tancap gas mempersiapkan program prioritas yang perlu dikembangkan guna mengangkat kembali sektor padat karya. Tanpa adanya keberanian dan visi baru untuk membawa perubahan mendasar, masalah yang dihadapi sektor padat karya hanya akan berlarut-larut. 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Pasar Modal Indonesia 2025 Didominasi Investor Muda dan Ritel
| Rabu, 31 Desember 2025 | 20:14 WIB

Pasar Modal Indonesia 2025 Didominasi Investor Muda dan Ritel

Hingga 24 Desember 2025, KSEI mencatat jumlah investor pasar modal telah menembus 20,32 juta Single Investor Identification (SID).

Produsen Menahan Diri, Konsumen Mulai Optimistis: Gambaran Ekonomi 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 19:01 WIB

Produsen Menahan Diri, Konsumen Mulai Optimistis: Gambaran Ekonomi 2025

Ekonomi Indonesia menunjukkan dua wajah yang berbeda. Produsen mulai bersikap lebih hati-hati saat keyakinan konsumen mulai membaik.

IHSG Menguat 22,13%, Asing Net Sell Rp 17,34 Triliun Pada 2025, Prospek 2026 Membaik
| Rabu, 31 Desember 2025 | 17:27 WIB

IHSG Menguat 22,13%, Asing Net Sell Rp 17,34 Triliun Pada 2025, Prospek 2026 Membaik

IHSG menguat 22,13% di 2025, ditutup 8.646,94, didorong investor lokal. Asing net sell Rp 17,34 triliun.

Saham ESSA Terkoreksi ke Area Support, Simak Prospek ke Depan
| Rabu, 31 Desember 2025 | 15:00 WIB

Saham ESSA Terkoreksi ke Area Support, Simak Prospek ke Depan

ESSA mulai menunjukkan sinyal yang semakin konstruktif dan menarik bagi investor dengan profil risiko lebih agresif.

2025, Kesepakatan Merger Akuisisi Sektor Keuangan Indonesia Capai Rp 9,21 triliun
| Rabu, 31 Desember 2025 | 14:05 WIB

2025, Kesepakatan Merger Akuisisi Sektor Keuangan Indonesia Capai Rp 9,21 triliun

Kesepakatan merger dan akuisisi di sektor keuangan melesat 56,3% secara tahunan, di saat total aktivitas merger dan akuisisi turun

Saham-Saham Paling Cuan dan Paling Jeblok Saat IHSG Naik 22% pada 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:50 WIB

Saham-Saham Paling Cuan dan Paling Jeblok Saat IHSG Naik 22% pada 2025

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 22,13% sepanjang tahun 2025. IHSG ditutup pada level 8.646,94 pada perdagangan terakhir.

Nilai Kesepakatan Merger dan Akuisisi di Indonesia Merosot 72,1% di 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:01 WIB

Nilai Kesepakatan Merger dan Akuisisi di Indonesia Merosot 72,1% di 2025

Nilai kesepakatan merger dan akuisisi yang terjadi sepanjang 2025 mencapai US$ 5,3 miliar, atau setara sekitar Rp 88,46 triliun

Berhasil Breakout Resistance, Yuk Intip Prospek Saham Humpuss Maritim (HUMI)
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:00 WIB

Berhasil Breakout Resistance, Yuk Intip Prospek Saham Humpuss Maritim (HUMI)

Kombinasi pola pergerakan harga, indikator teknikal, serta strategi manajemen risiko menjadi faktor kunci yang kini diperhatikan pelaku pasar.

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026
| Rabu, 31 Desember 2025 | 11:00 WIB

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026

Fokus pemerintah pada belanja sosial, program gizi, serta stabilisasi harga kebutuhan pokok diyakini dapat memperbaiki likuiditas masyarakat.

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol
| Rabu, 31 Desember 2025 | 09:01 WIB

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol

Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 89 Tahun 2025                   

INDEKS BERITA

Terpopuler