Emiten Mulai Sibuk Cari Pendanaan

Senin, 21 Januari 2019 | 07:07 WIB
Emiten Mulai Sibuk Cari Pendanaan
[]
Reporter: Aldo Fernando, Yoliawan H | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN - JAKARTA. JAKARTA. Pencarian dana dari instrumen pinjaman tahun ini berpotensi ramai lagi. Suku bunga acuan yang relatif stabil, baik luar maupun dalam negeri, menopang proyeksi tersebut.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diperoleh KONTAN, setidaknya ada empat perusahaan yang bakal merilis obligasi atau sukuk. Misalnya, PT Indosat Tbk (ISAT) yang bakal merilis obligasi senilai Rp 500 miliar. PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) juga bakal menawarkan surat utang senilai Rp 500 miliar.

Sementara, perkiraan emisi yang bakal diterbitkan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) lebih dari Rp 800 miliar. Ini merupakan bagian dari Obligasi Berkelanjutan IV dan sukuk mudharabah III ADMF. PT Permodalan Nasional Madani diperkirakan juga akan merilis obligasi senilai Rp 2 triliun.

Pendanaan melalui instrumen pinjaman, baik itu pinjaman bank atau obligasi, relatif lebih cepat dan mudah. Memang, ada risiko fluktuasi suku bunga.

Bedanya, tahun ini sentimen kenaikan bunga The Fed yang berbuntut pada kenaikan bunga acuan Bank Indonesia (BI) berkurang. "Jadi, risiko tahun ini relatif lebih rendah," ujar Valdy Kurniawan, Analis Phintraco Sekuritas, Jumat (18/1).

Secara umum, bunga pinjaman dan kupon obligasi berbanding lurus dengan bunga acuan. Ketika bunga acuan turun, bunga obligasi juga.

Hal itu juga tercermin dari jumlah penerbitan obligasi selama 2017. Jumlah emisi obligasi selama periode tren suku bunga murah ini lebih banyak dibanding periode 2018.

Alternatif pendanaan

Sejumlah emiten yang lain tengah memutar otak mencari pendanaan alternatif. Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), misalnya, tengah mencari pendanaan Rp 14 triliun. Sebagian berasal dari obligasi, pinjaman bilateral dan sejumlah instrumen lainnya. Dari total target pendanaan itu, sejumlah Rp 2 triliun bakal didapat dari penerbitan sekuritisasi KPR sintetik.

Direktur Keuangan dan Tresuri BTN Iman Nugroho Soeko menjelaskan, sekuritisasi sintetik ini bukan berarti aset KPR yang dijual, melainkan future cash flow. Namanya juga alternatif, instrumen ini dinilai lebih murah dibanding instrumen konvensional lain.

Sekuritisasi sintetik tersebut memiliki rating 1 notch di atas rating korporasi BBTN. "Jadi kami bisa hemat sedikit di besaran kuponnya," ujar Iman.

Tak ketinggalan, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) juga tengah putar otak mengkaji kemungkinan menerbitkan obligasi abadi atau perpetual bond.

 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Hanya 4 Hari Saham CSIS Terbang Hampir 100%, Aksi Korporasi Anak Usaha Jadi Katalis
| Selasa, 18 November 2025 | 08:49 WIB

Hanya 4 Hari Saham CSIS Terbang Hampir 100%, Aksi Korporasi Anak Usaha Jadi Katalis

Secara teknikal, saham PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS) masih berpotensi melanjutkan penguatan. 

Bisnis UMKM Belum Bisa Terangkat
| Selasa, 18 November 2025 | 08:15 WIB

Bisnis UMKM Belum Bisa Terangkat

Hal ini dipengaruhi oleh normalisasi daya beli masyarakat yang masih lesu, permintaan pasca Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan libur sekolah

Sejumlah Emiten Akan Private Placement, Simak Prospek Sahamnya
| Selasa, 18 November 2025 | 08:11 WIB

Sejumlah Emiten Akan Private Placement, Simak Prospek Sahamnya

Salah satu yang terbesar ialah PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Emiten pelat merah ini berencana menggelar private placement Rp 23,67 triliun

Mitra Keluarga (MIKA) Terus Merawat Pertumbuhan Bisnis
| Selasa, 18 November 2025 | 08:00 WIB

Mitra Keluarga (MIKA) Terus Merawat Pertumbuhan Bisnis

Pertumbuhan kinerja didukung peningkatan volume pasien swasta serta permintaan layanan medis berintensitas lebih tinggi di sejumlah rumah sakit.

Summarecon Agung (SMRA) Menyuntik Modal ke Anak Usaha Sebesar Rp 231,83 Miliar
| Selasa, 18 November 2025 | 07:46 WIB

Summarecon Agung (SMRA) Menyuntik Modal ke Anak Usaha Sebesar Rp 231,83 Miliar

SMRA melakukan transaksi afiliasi berupa penambahan modal oleh perusahaan terkendali perseroan itu pada perusahaan terkendali lain.

Integrasi Merger Berlanjut, Laba EXCL Bisa Membaik di 2026
| Selasa, 18 November 2025 | 07:33 WIB

Integrasi Merger Berlanjut, Laba EXCL Bisa Membaik di 2026

EXCL berhasil meraup pendapatan sebesar Rp 30,54 triliun. Nilai ini melonjak 20,44% secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp 25,36 triliun.​

Penurunan BI Rate Tak Mampu Dongkrak Kredit Multiguna
| Selasa, 18 November 2025 | 07:11 WIB

Penurunan BI Rate Tak Mampu Dongkrak Kredit Multiguna

Pemangkasan suku bunga acuan BI hingga  1,25% sepanjang tahun ini ke level 4,75% tak mampu mendongkrak kredit multiguna

ICBP Diproyeksi Sulit Penuhi Target Pertumbuhan Penjualan
| Selasa, 18 November 2025 | 07:10 WIB

ICBP Diproyeksi Sulit Penuhi Target Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan penjualan ICBP pada 2025 kemungkinan tidak mencapai target yang di tetapkan perusahaan, sekitar 7%-9%.

BPD Sudah Antisipasi Lonjakan Belanja Pemda Menjelang Akhir Tahun
| Selasa, 18 November 2025 | 07:05 WIB

BPD Sudah Antisipasi Lonjakan Belanja Pemda Menjelang Akhir Tahun

Bank Pembangunan Daerah (BPD) berpotensi menghadapi tekanan likuiditas menjelang akhir tahun​ seiring kenaikan belanja Pemda

Nilai Tukar Rupiah Masih Akan Tertekan pada Selasa (18/11)
| Selasa, 18 November 2025 | 06:55 WIB

Nilai Tukar Rupiah Masih Akan Tertekan pada Selasa (18/11)

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,17% secara harian ke level Rp 16.736 per dolar AS pada Senin (17/11)

INDEKS BERITA

Terpopuler