KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten gencar mencari dana dengan menerbitkan saham baru. Aksi tersebut dilakukan melalui aksi penawaran hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) dan tanpa HMETD alias private placement.
PT Bank MNC International Tbk (BABP), misalnya, menggunakan dua cara penambahan modal. Melalui private placement non MESOP, BABP akan menerbitkan 1,89 miliar saham dengan target Rp 90 miliar. Rencana ini menurut Corporate Communication Head MNC Bank Dheni Kamavina, akan dilakukan pada semester I tahun ini.
Selain itu, BABP juga akan menggelar rights issue 4,12 miliar saham dengan target dana Rp 206,32 miliar. "Dana tersebut untuk memperkuat modal dan meningkatkan aset produktif," kata dia.
Emiten Grup MNC lain yang juga berencana menerbitkan saham baru adalah PT MNC Investama Tbk (BHIT). Grup besar lainnya seperti Lippo dan emiten Grup Bakrie di bidang media yakni PT Viva Media Asia Tbk (VIVA) juga akan menerbitkan saham baru.
Data OJK menunjukkan, hingga Februari 2019, nilai rights issue telah mencapai Rp 5,49 triliun. Angka itu melesat tinggi ketimbang nilai rights issue periode sama 2018 senilai Rp 500 miliar.
Menurut para analis, aksi korporasi penambahan saham baru untuk ekspansi dan membayar utang tersebut sah-sah saja dilakukan. "Selama tujuannya untuk melunasi utang atau modal kerja, prospek saham tersebut masih positif," imbuh analis Binaartha Sekuritas, Nafan Aji.
Kornelis Wicaksono, analis Reliance Sekuritas berpendapat, pada saat ini, pendanaan via private placement lebih menarik. "Karena kalau rights issue belum pasti mendapat dana, sedangkan private placement sudah pasti dapat dana," ujar dia. Pendanaan lewat penerbitan saham baru akan jauh lebih baik karena tidak membebani neraca keuangan emiten di tengah tren kenaikan suku bunga.