Ingin Likuiditas Meningkat, Bank Sentral China Pangkas Cadangan Wajib Perbankan

Jumat, 15 April 2022 | 20:56 WIB
Ingin Likuiditas Meningkat, Bank Sentral China Pangkas Cadangan Wajib Perbankan
[ILUSTRASI. FILE PHOTO: Teller menghitung uang yuan di kantor cabang China Merchants Bank di Hefei, Provinsi Anhui, China. 20 Oktober 2010. REUTERS/Stringer.]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Otoritas moneter China pada Jumat mengumumkan pemangkasan cadangan tunai yang harus dipegang bank untuk meredam perlambatan pertumbuhan ekonomi. Pemangkasan rasio cadangan untuk pertama kalinya di tahun ini akan menambah likuditas hingga sekitar 530 miliar yuan, atau setara Rp 1.195 triliun, ke pasar.

Melalui pengumuman yang diunggah di situs web, People's Bank of China (PBOC) mengatakan akan memangkas rasio cadangan minimal untuk semua bank sebesar 25 basis poin (bps). Aturan baru yang akan berlaku mulai 25 April itu dinilai analis belum memadai untuk membalikkan keadaan.

Risiko global yang meningkat akibat perang di Ukraina serta lockdown Covid-19 yang luas dan pasar properti yang lemah di China telah menekan ekonomi terbesar kedua di dunia itu. Kelesuan di China dengan cepat menyebar ke rantai pasokan global.

Ekspor yang merupakan pendorong utama pertumbuhan China dalam waktu belakangan, juga menunjukkan tanda-tanda kelesuan. Beberapa ekonom bahkan menyebut risiko resesi meningkat.

Baca Juga: Buntut Ambisi Musk Membeli Twitter, Investor Cemas Harga Saham Tesla Makin Tertekan

"Saya tidak berpikir pemangkasan rasio cadangan akan menyelesaikan banyak masalah perekonomian pada tahap ini," kata Zhiwei Zhang, kepala ekonom di Pinpoint Asset Management. Ia menyebut langkah itu belum memenuhi harapan pasar.

"Tantangan utama yang dihadapi ekonomi China adalah wabah Omicron dan kebijakan penguncian yang membatasi mobilitas. Lebih banyak likuiditas dapat membantu margin, tetapi itu tidak mengatasi akar masalah," katanya.

PBOC mengatakan pemotongan rasio cadangan akan meningkatkan ketersediaan likuiditas perbankan dalam jangka panjang. Itu akan memungkinkan perbankan untuk memperbesar keran pembiayaan ke industri dan perusahaan yang terkena dampak wabah Covid-19. Bagi industsri keuangan, pemangkasan cadangan minimal juga memangkas biaya.

Baca Juga: China Pertahankan Bunga Pinjaman Jangka Menengah, Pasar Harapkan Pelonggaran

PBOC juga akan terus menjaga likuiditas secara luas tetap stabil, sambil mengamati dengan cermat tren inflasi dan perubahan kebijakan yang dibuat oleh negara-negara maju, demikian pernyataan lembaga itu.

Bagi bank umum kota yang tidak memiliki usaha lintas provinsi dan bank umum perdesaan yang memiliki rasio cadangan lebih dari 5% berhak atas potongan tambahan sebesar 25 bps. Rata-rata tertimbang rasio cadangan minimal untuk lembaga keuangan akan diturunkan menjadi 8,1% setelah pemotongan, kata bank sentral.

Pasar telah memperkirakan pemangkasan rasio cadangan dana setelah kabinet China pada Rabu menyatakan bahwa perlunya menggunakan instrumen kebijakan moneter pada waktu yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan.

Otoritas moneter terakhir kali melakukan pemangkasan cadangan pada Desember lalu. PBOC juga telah mulai memotong suku bunga. Sementara pemerintah daerah telah mempercepat pengeluaran infrastruktur dan kementerian keuangan telah menjanjikan lebih banyak pemotongan pajak.

Ekonomi China mengalami rebound yang kuat dari kemerosotan yang disebabkan pandemi pada tahun 2020. Namun ekonomi kembali mendingin selama tahun 2021 karena pelemahan pasar properti yang terus-menerus serta konsumsi yang merosot akibat kebijakan pembatasan yang ketat untuk menahan gejolak Covid-19.

Tekad Pemerintah China untuk menghentikan penyebaran kasus Covid-19 telah mengakibatkan jalan raya dan pelabuhan terhambat. Jumlah pabrik yang tutup berikut pekerja yang kena PHK sedemikian besar hingga tak terhitung lagi. Situasi itu menganggu rantai pasokan global untuk berbagai barang mulai kendaraan listrik hingga iPhone.

Baca Juga: Harga Rumah Baru di China Tidak Bergerak, Pandemi Menekan Permintaan

Impor China secara tak terduga turun di bulan Maret karena pembatasan menghambat kedatangan barang dan melemahkan permintaan domestik. Pertumbuhan ekspor juga melambat. Aktivitas pabrik dan sektor jasa keduanya mengalami kontraksi.

Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5,5% tahun ini karena hambatan, tetapi beberapa analis mengatakan bahwa sekarang mungkin sulit dicapai tanpa langkah-langkah stimulus yang lebih agresif.

Dengan bank sentral besar lainnya seperti A.S. Federal Reserve akan secara agresif menaikkan suku bunga atau sudah melakukannya, pelonggaran yang lebih kuat di China dapat memicu arus keluar modal yang berpotensi tidak stabil karena investor mengalihkan uang ke aset dengan imbal hasil lebih tinggi.

Sebelumnya pada hari Jumat, PBOC membiarkan biaya pinjaman pada pinjaman kebijakan jangka menengah tidak berubah untuk bulan ketiga berturut-turut, seperti yang diharapkan.

Bagikan

Berita Terbaru

Profit 30,14% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Kian Menguat (22 Mei 2025)
| Kamis, 22 Mei 2025 | 09:24 WIB

Profit 30,14% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Kian Menguat (22 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (22 Mei 2025) 1 gram Rp 1.923.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 30,14% jika menjual hari ini.

Akumulasi Tanpa Henti ADRO Atas Saham ADMR, Rutin Dilakukan Sejak Februari 2025
| Kamis, 22 Mei 2025 | 09:24 WIB

Akumulasi Tanpa Henti ADRO Atas Saham ADMR, Rutin Dilakukan Sejak Februari 2025

Pada Mei 2025 berjalan, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) setidaknya sudah lima kali memborong saham ADMR.

SSSG ACES Melambat di Empat Bulan Pertama 2025, Simak Cara Manajemen Jaga Kinerja
| Kamis, 22 Mei 2025 | 08:28 WIB

SSSG ACES Melambat di Empat Bulan Pertama 2025, Simak Cara Manajemen Jaga Kinerja

Sepanjang 2025 ACES berencana membuka 25 toko - 30 toko baru dengan alokasi belanja modal sebesar Rp 250 miliar - Rp 300 miliar.

ANJT Mengantongi Fasilitas Kredit dari Dua Bank Sebesar Rp 3,6 Triliun
| Kamis, 22 Mei 2025 | 08:20 WIB

ANJT Mengantongi Fasilitas Kredit dari Dua Bank Sebesar Rp 3,6 Triliun

Usai berganti pengendali, emiten perkebunan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) mengantongi fasilitas kredit jumbo dari perbankan. 

Pemangkasan Suku Bunga Berdampak Jangka Pendek ke Pasar Saham
| Kamis, 22 Mei 2025 | 08:17 WIB

Pemangkasan Suku Bunga Berdampak Jangka Pendek ke Pasar Saham

Saham keuangan, properti hingga otomotif diuntungkan pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (Bi rate) 

Genjot Produksi Energi, Emiten Migas Bisa Lebih Ngegas
| Kamis, 22 Mei 2025 | 08:14 WIB

Genjot Produksi Energi, Emiten Migas Bisa Lebih Ngegas

Upaya pemerintah meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas) demi swasembada energi membawa angin segar bagi emiten migas

Harga Saham Melambung, BEI Mensuspensi Saham COCO
| Kamis, 22 Mei 2025 | 08:00 WIB

Harga Saham Melambung, BEI Mensuspensi Saham COCO

Suspensi saham COCO juga sebagai bagian dari mekanisme cooling down yang bertujuan melindungi investor.

Koin Alternatif Terangkat Sentimen Pemangkasan Bunga
| Kamis, 22 Mei 2025 | 07:33 WIB

Koin Alternatif Terangkat Sentimen Pemangkasan Bunga

Kinerja aset kripto terangkat seiring ketidakpastian ekonomi global yang mereda dan ekspektasi pemangkasan suku bunga.

Bisnis Astra International Tbk (ASII) Masih Terkendala Permintaan Lesu
| Kamis, 22 Mei 2025 | 07:10 WIB

Bisnis Astra International Tbk (ASII) Masih Terkendala Permintaan Lesu

Diversifikasi bisnis PT Astra International Tbk (ASII) yang cukup tangguh menjadi penahan penurunan kinerja

Penerima Program MBG Baru Sekitar 4 Juta Orang
| Kamis, 22 Mei 2025 | 06:15 WIB

Penerima Program MBG Baru Sekitar 4 Juta Orang

Target penerima program makan bergizi gratis atau MBG untuk tahun ini adalah mencapai 82,9 juta penerima.

INDEKS BERITA

Terpopuler