ORI021 Tetep Laris Meski Inflasi dan Suku Bunga dalam Tren Naik
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri 021 terbilang laris manis.
Mengutip data yang dilansir salah satu mitra distribusi daring di hari penutupan penawaran ORI021, Kamis (17/2), penjualan ORI perdana di tahun ini mencapai Rp 25,1 triliun. Sebagai perbandingan, penjualan ORI020 hanya mencatatkan Rp 15 triliun.
Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn mengatakan, penjualan ORI021 di BCA mencapai Rp 4,93 triliun. Tercatat sebanyak 13.999 investor membeli ORI021 melalui BCA.
Baca Juga: Jelang Penutupan Penawaran ORI021 Laku Rp 23,5 Triliun
Minat tinggi investor terhadap ORI021 juga tampak di Bank Mandiri. Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Atturidha menyatakan, hingga hari terakhir penjualan ORI021, Bank Mandiri mampu menjaring Rp 2,57 triliun dari ORI021 dengan investor 4.640.
Agen penjual ORI021 yang lain, BNI, juga mencatatkan penjualan ORI021 yang tinggi. Hingga masa penawaran ditutup, BNI menjaring Rp 1,77 triliun dari ORI021.
General Manager Divisi Wealth Management BNI, Henny Eugenia melihat, awal tahun ini likuiditas investor sedang tinggi. "Investor mencari alternatif produk investasi yang menarik dan ORI021 jadi jawabannya," kata Henny, Kamis (17/2).
Sebagai gambaran, kupon ORI021 sebesar 4,9% dengan jenis kupon tetap dan memiliki tenor 3 tahun. Sementara, ke depan dengan inflasi yang meningkat akan memicu kenaikan suku bunga dan kupon ORI021 tidak bisa naik seperti SBN ritel yang memiliki jenis kupon mengambang.
Baca Juga: Yield SUN Acuan Tertinggi 7 Bulan, Ini Proyeksi Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai investor tetap memburu ORI021 karena mengincar investasi yang aman dan memberikan imbal hasil pasti di banding instrumen investasi lain yang berfluktuasi. Karakteristik investor ritel yang membeli ORI021 pun akan cenderung memegang surat utang ini hingga jatuh tempo.
Henny menambahkan, suku bunga acuan BI saat ini masih rendah yang mendorong bunga deposito jadi lebih rendah dibanding kupon ORI021. Alhasil, ORI021 tetap menarik.
Rudi menambahkan, meski inflasi berpeluanga naik di masa mendatang, kupon ORI021 dinilai masih mampu mengalahkan tren laju inflasi. "BI memiliki inflation targeting framework dalam rentang 2%-4% sehingga kupon ORI021 masih di atas inflasi," kata Rudi.
Meski begitu, Henny mengingatkan, dalam menghadapi tren kenaikan inflasi dan suku bunga bank yang tinggi, investor tidak bisa hanya bisa mengandalkan pada satu produk investasi. Dia menilai, ORI menjadi instrumen untuk menghasilkan cashflow bulanan dan mengurangi risiko kredit dalam portofolio investasi.
Namun, Henny juga menyarankan agar investor mengisi asetnya dengan instrumen porsi agresif seperti obligasi tenor panjang dan instrumen beraset dasar saham untuk mendorong kenaikan imbal hasil. "Dan tentu saja porsi tersebut disesuaikan dengan profil risiko masing-masing investor," kata Henny.
Baca Juga: Laris Manis, Penjualan ORI021 Sudah Capai Rp 13,63 Triliun