Simak Proyeksi Harga Logam Mulia Mulai dari Emas, Platinum, Hingga Paladium
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang semester I, harga logam mulia kian mahal. Harga logam mulia naik lantaran proyeksi ekonomi global melambat.
Harga emas naik 8,75% di semester I lalu. Jumat (28/6), harga emas kontrak pengiriman Agustus 2019 di Commodity Exchange mencapai US$ 1.413,99 per ons troi. Di akhir 2018, harga si kuning ini masih US$ 1.300,20 per ons troi.
Harga platinum juga menguat. Harga platinum kontrak pengiriman Oktober 2019 naik 3,21% menjadi US$ 841,10 per ons troi di periode Januari-Juni tahun ini.
Harga paladium kontrak pengiriman September 2019 bahkan melesat 31,84% menjadi US$ 1.536,80 per ons troi. Dus, logam mulia ini mencetak kenaikan tertinggi.
Tapi harga perak justru turun. Di akhir Juni lalu, harga perak kontrak pengiriman September 2019 ditutup di US$ 15,341 per ons troi, turun 2,21% sejak awal tahun.
Bagaimana prospek logam mulia di sisa tahun ini?
- Emas
Analis Maxco Futures Suluh Adil Wicaksono mengatakan, penguatan harga emas mulai terasa sejak awal Juni ini. Laju kenaikan harga si aurum kian cepat setelah The Federal Reserve memberi sinyal pemangkasan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
Terlebih di saat yang sama, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas. Alhasil, sebagai aset lindung nilai atawa safe haven, pamor emas semakin melesat.
Cuma, di awal semester dua ini, harga emas tidak akan naik tinggi. "Pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping usai pertemuan G20 di Osaka, Jepang, berpeluang membuat harga emas turun," kata Suluh.
Memang, di awal Juli ini harga emas terkoreksi. Per pukul 20.14 WIB kemarin, harga emas berada di US$ 1.383,20 per ons troi.
Suluh menyebut, jika pertemuan antara Trump dan Xi Jinping tidak diikuti dengan langkah konkret menyelesaikan perang dagang, harga emas berpotensi naik lagi. Ia memprediksi harga emas di akhir 2019 bisa mencapai US$ 1.500 per ons troi.
- Platinum
Pergerakan harga platinum tahun ini bergantung pada ekonomi China. "Harga platinum bergantung pada pergerakan manufaktur dan industri di China," jelas Suluh. Asal tahu saja, selama ini platinum banyak digunakan untuk industri otomotif, khususnya mobil listrik.
Jika perang dagang antara Negeri Paman Sam dan China berakhir, peluang platinum kembali ke US$ 1.000 per ons troi terbuka lebar. Suluh memperkirakan, harganya bisa berada di US$ 925 per ons troi pada akhir 2019.
Awal Juli, harga platinum cenderung turun. Pukul 20.15 WIB kemarin, harga platinum turun 0,56% dari posisi sehari sebelumnya menjadi US$ 832,50 per ons troi.
- Paladium
Harga paladium masih saja berkilau. Permintaan komoditas ini masih tinggi lantaran industri otomotif dunia kini lebih mengandalkan paladium ketimbang platinum. Di sisi lain, produksi komoditas ini cenderung terbatas.
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim memprediksi harga paladium terus melambung ke US$ 1.500,50-US$ 1.690,50 per metrik ton. Saat ini, harga paladium masih terus naik. Per pukul 20.15 WIB kemarin, harga paladium mencapai US$ 1.545,80 per ons troi.
- Perak
Perak menjadi satu-satunya logam mulia yang kinerjanya kurang berkilau. Menurut Ibrahim, hal ini terjadi karena dampak perang dagang antara AS dan China serta rencana Brexit yang belum jelas.
Kondisi tersebut membuat harga perak cenderung berfluktuasi, bahkan turun terus. "Ditambah lagi, pelaku pasar sulit membeli komoditas ini lantaran peredaran uang berkurang," jelas dia.
Tapi, di semester II-2019, Ibrahim optimistis harga perak kembali rebound. Ia menghitung harga perak bisa berada di kisaran US$ 14,00-US$ 17,50 per ons troi.
Harga perak masih merosot. Per pukul 20.16 WIB kemarin, harga perak sudah di level US$ 15,12 per ons troi.