KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan di bisnis riil menghelat initial public offering (IPO) itu biasa di Indonesia. Tapi, jika ada klub sepakbola mau IPO, ini baru luar biasa. Peluang IPO inilah yang akan ditempuh oleh PT Bali Bintang Sejahtera, perusahaan pemilik dan pengelola klub sepakbola Bali United.
Rencana IPO klub sepakbola sejatinya memang bukan berita baru. Sebelum ini, klub asal Bandung, Persib, pernah melontarkan rencana melepas saham di bursa. Tapi hingga saat ini, rencana tersebut tidak terlihat kelanjutannya.
Nah, niat Bali United menggelar IPO kali ini tampak lebih serius. Setidaknya, dokumen keperluan IPO klub sepakbola asal Pulau Dewata itu sudah sampai ke tangan otoritas bursa. "Datanya sudah semua, kami harapkan bisa listing April atau Mei," kata Pieter Tanuri, pemilik Bali United, kepada KONTAN, pekan lalu.
Bila IPO terealisasi, Bali United disebut-sebut mengincar Rp 200 miliar dari melepas 45% saham. Ini nilai emisi yang tidak kecil.
Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal OJK Fakhri Hilmi mengonfirmasi hal tersebut. Dokumen tiba di awal pekan ini. "Akan kami proses sesuai dengan ketentuan yang berlaku," kata dia kepada KONTAN, kemarin.
Mencermati model bisnis
Fakhri menandaskan, syarat IPO bagi Bali United sama dengan perusahaan pada umumnya. Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna menambahkan, tak ada syarat administrasi secara khusus bagi calon emiten klub sepakbola untuk menggelar IPO.
Nah, investor sebaiknya mencermati model bisnis klub sepakbola sebelum memborong klub bola. Maklum, model bisnisnya nyaris berbeda dengan perusahaan yang saat ini sudah terdaftar di bursa. Berkaca pada klub sepakbola luar negeri, seperti Manchester United dan Juventus, pendapatan klub berasal dari monetisasi brand.
Klub sepakbola mengandalkan pendapatan dari iklan, penjualan merchandise, tiket dan lainnya. Kian tenar klub dan pemainnya, semakin besar pendapatan yang bisa diraih.
Bahkan, Juventus mencantumkan pemasukan dari hak citra pemain. Tahun keuangan 2018, nilainya mencapai 102,4 juta atau lebih dari Rp 1 triliun.
Hak citra merupakan pemasukan yang diperoleh dari ketenaran pemain. Karena tenar, pemain banyak menjadi bintang iklan. Bayaran iklan ini sebagian ada yang masuk kantong pribadi pemain. Sebagian lagi masuk kantong klub.
Ini yang disebut hak citra klub. "Itu bisnis yang cukup seksi," kata Octavianus Budiyanto, Direktur Utama Kresna Sekuritas. Sekadar info, Kresna Sekuritas merupakan penjamin emisi Bali United.
Bali United sendiri memiliki beberapa pemain top, seperti Irfan Bachdim. Ini bisa menjadi daya tarik tersendiri.
Klub sepakbola juga punya aset tak berwujud yang berpotensi besar memberikan pemasukan, para suporter. "Siapa, sih, orang Indonesia yang enggak hobi bola. Ini industri yang menarik dan masif," jelas Oktavianus tanpa merinci berapa target perolehan dana IPO.
Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido mengatakan, prospek IPO klub sepakbola positif. Nyatanya, banyak trader yang juga penggemar sepakbola.
Tapi, isu utang, telatnya gaji lain dan sejumlah polemik yang kerap terjadi di industri sepak bola dalam negeri masih menjadi sentimen negatif industri ini.