Prabowo dan Penguatan Ekonomi Santri

Selasa, 22 Oktober 2024 | 03:54 WIB
Prabowo dan Penguatan Ekonomi Santri
[ILUSTRASI. Ucapan Hari Santri 2024.]
Fathorrahman Ghufron | Wakil Katib PWNU Yogyakarta, Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam merayakan Hari Santri Nasional (HSN) pada 22 Oktober 2024, sejumlah daerah mengadakan Expo Kemandirian Pesantren. Kegiatan ini menghadirkan berbagai unit usaha yang diinisiasi berbagai lembaga pesantren, madrasah maupun santri baik yang dilakukan secara indie maupun yang tergabung dalam kelompok usaha bersama.

Secara socionomic, kegiatan pameran merupakan ruang karnaval yang tidak sekadar memamerkan produk-produk usahanya secara statik, akan tetapi, pameran tersebut menjadi ajang unjuk diri kepada khalayak luas, bahwa santri pun mampu membuat berbagai produk komersial yang siap dipertandingkan di pasar bebas. 

Terlebih lagi, kegiatan pameran yang dilakukan di berbagai daerah mempunyai distingsi entrepreneurship yang mencirikan khazanah lokalnya. Semisalnya, Expo Kemandirian Pesantren yang dilaksanakan UIN Sunan Kalijaga yang bekerjasama dengan Kantor Wilayah Kementerian Agama Yogyakarta (16-18 Oktober), menghadirkan sejumlah pebisnis dan pengrajin para santri yang memproduksi sajian khas Yogyakarta secara modern. Demikian pula kegiatan expo di Bandung, Mataram, Gorontalo dan berbagai daerah lainnya tentu menghadirkan wiraswastawan santri yang telah mengedepankan produk lokal namun bercita rasa global.

Baca Juga: Rupiah Melemah Pasca Pelantikan Para Menteri Kabinet Prabowo Subianto, Ini Sebabnya

Pelaksanaan Expo Pesantren yang sangat semarak di berbagai daerah tentu beririsan kuat dengan program prioritas yang diinisiasi Yaqut Cholil Qoumas yang didapuk menjadi Menteri Agama tahun 2020-2024. Melalui program tersebut, Menag ingin memperkuat posisi pesantren di kancah wiraswasta melalui tiga strategi. 

Pertama, penguatan fungsi pesantren dalam menghasilkan insan yang unggul di bidang agama, keterampilan kerja dan kewirausahaan. Kedua, penguatan pesantren dalam mengelola unit bisnis sebagai sumber daya ekonomi yang kuat dan berkelanjutan. Ketiga, penguatan pesantren dalam menjalankan fungsi sebagai pemberdayaan masyarakat.

Baca Juga: Samuel Group Siapkan IPO Dua Anak Usahanya Sekaligus di Bursa Jakarta dan New York

Ketiga strategi itu merupakan modal sosial ekonomi untuk memfasilitasi kegiatan inkubasi bisnis para santri agar mampu memainkan perannya dalam pembangunan ekonomi. Bahkan, melalui program inkubasi bisnis, para santri bisa memosisikan diri sebagai generasi emas yang mempunyai keahlian dan pemahaman yang komprehensif dalam berwirausaha sekaligus berkompetisi di pasar global. 

Hilirisasi untuk santri

Dalam kaitan ini, apa yang sudah dilakukan Menag dalam memfasilitasi para santri dan pesantren untuk menguatkan ekosistem entrepreneurship, baik melalui berbagai program pendampingan dan pemberdayaan inkubasi bisnis maupun kegiatan expo, tentu harus dilanjutkan oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Apalagi, dalam kampanye pencalonan presiden, Prabowo memperkenalkan konsep "Prabowonomics" yang fokus pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

Meskipun saat kampanye, Prabowo tidak mengeksplisitkan arah hilirasi Prabowonomics kepada santri dalam lima kebijakan strategis yang menjadi pilar utama pemerintahannya. Namun bukan berarti posisi santri menjadi bagian terpisah yang "diluputkan" dari pencapaian target kebijakan strategisnya. Sebab, santri menjadi bagian penting generasi emas yang kemungkinan besar turut menentukan arah perjalanan Indonesia ke depan. 

Baca Juga: Meninjau Evaluasi dan Urgensi Revisi UU Minerba Selama Lebih dari 4 Tahun Berjalan

Oleh karena itu, lima kebijakan strategis yang terdiri dari: 1) swasembada pangan menuju ketahanan nasional; 2) hilirisasi sumber daya untuk menciptakan nilai tambah; 3) penyediaan program makanan bergizi gratis untuk generasi muda; 4) swasembada energi untuk optimalisasi sumber daya domestik; 5) mitigasi kemiskinan melalui pemberian subsidi yang lebih tepat sasaran; perlu dijadikan sebagai titik masuk pula untuk mengakomodasi pemberdayaan dan penguatan ekonomi santri. 

Setidaknya, melalui pelibatan santri di berbagai ruas kebijakannya, maka konstruksi Prabowonomics yang sudah ditegaskan sebagai fondasi pembangunan ekonomi Indonesia, akan menemukan rute nilai tambah ekonomi -- atau berkah dalam bahasa pesantren -- yang komprehensif dan maslahat. Sebab, disadari atau tidak, Indonesia merupakan titik lebur (melting pot) dua arus utama yang dipengaruhi oleh entitas kebangsaan dan keagamaan.

Baca Juga: Badan Penerimaan Negara Masih Menjadi Wacana

Dalam konteks ini, santri merupakan identitas komunal yang secara genealogis beririsan kuat dengan DNA keagamaan plus kebangsaan yang sudah hadir sejak jauh hari sebelum kemerdekaan Indonesia. Maka, Presiden Prabowo mempunyai kewajiban pula untuk memperhatikan keberadaan santri agar bisa hadir dalam roda perekonomian yang digerakkan oleh tim kabinetnya. 

Langkah ini penting dilakukan, agar santri tidak menjadi kelompok yang selalu terpinggirkan dalam panggung ekonomi Indonesia dan nyaris tidak memperoleh akses yang memadai untuk maju. 

Baca Juga: Kabinet Gemuk Diklaim Tak Membuat APBN Bengkak

Apa yang sudah dilakukan oleh Menag Yaqut Cholil Qoumas melalui program pemberdayaan inkubasi bisnis santri, perlu dioptimalisasikan lagi skala jangkauannya agar pergerakan usaha santri tidak hanya berkutat di wilayah mikro atau menengah ke bawah. Akan tetapi unit usaha santri bisa merambah pada wilayah yang lebih tinggi. 
Untuk melakukan program penguatan bisnis santri yang lebih besar, tentu membutuhkan affirmative action dari Presiden Prabowo agar konsep Prabowonomicsnya betul-betul bisa meresap dan menafasi ekosistem usaha yang dikelola oleh santri. 

Legasi Prabowo

Apabila dalam lima tahun ke depan, Presiden Prabowo benar-benar memberikan perhatian besar pula pada penguatan inkubasi bisnis santri, dan menjadikan pesantren sebagai laboratorium pengembangan ekonomi agar para santri bisa belajar berwirausaha sejak dini, maka konsep Prabowonomics akan menjadi sebuah legasi yang melahirkan model trickle down effect yang berkelanjutan (maslahat dan berkah).

Baca Juga: Harga Biji Kopi Naik, Nilai Ekspor Kopi Indonesia Melesat

Untuk merancang model trickle down effect tersebut, tentu tim ekonomi Presiden Prabowo harus melibatkan para santri akademisi dan santri profesional yang mempunyai kompetensi keilmuan dan terapan dalam merancangkan konsep Prabowonomics yang bervisi kesantrian. Setidaknya, dengan kehadiran mereka ada gagasan yang bisa diakomodasi dan dijadikan bahan pertimbangan utama untuk menjalankan kebijakan ekonomi pemerintahan Prabowo dalam lima tahun mendatang. 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Dapat Dukungan Entitas Singapura, TGUK Bidik Bisnis Makanan Olahan dan Daging Beku
| Minggu, 26 Oktober 2025 | 16:34 WIB

Dapat Dukungan Entitas Singapura, TGUK Bidik Bisnis Makanan Olahan dan Daging Beku

Platinum Wahab Nusantara (TGUK) melihat pasar frozen meat diperkirakan akan terus tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk menengah.

Perlu Strategi Lebih Tajam Memilih Koin Kripto ICO Dibandingkan IPO Saham
| Minggu, 26 Oktober 2025 | 16:07 WIB

Perlu Strategi Lebih Tajam Memilih Koin Kripto ICO Dibandingkan IPO Saham

Memilih koin yang baru lakukan ICO harus dilakukan dengan seksama dan berhati-hati karena tingkat risiko dan volatilitas yang tinggi.

Harga Kakao Global Tinggi, Tapi Ekspor Kakao Tak Bertenaga
| Minggu, 26 Oktober 2025 | 16:00 WIB

Harga Kakao Global Tinggi, Tapi Ekspor Kakao Tak Bertenaga

Petani kakao Indonesia gigit jari di tengah harga global US$5.793/ton. Temukan faktor penyebab ekspor tak bertenaga dan solusi Dekaindo.

Menguji Jalan Pintas untuk Mengejar Produksi Cokelat
| Minggu, 26 Oktober 2025 | 15:00 WIB

Menguji Jalan Pintas untuk Mengejar Produksi Cokelat

Indonesia menjadi salah satu negara penghasil biji kakao dunia. Untuk mendongkrak kemampuan produksi kakao ada pungutan tarif ekspor.

Menakar Prospek Kinerja dan Saham Emiten Rokok di Kuartal IV-2025
| Minggu, 26 Oktober 2025 | 14:04 WIB

Menakar Prospek Kinerja dan Saham Emiten Rokok di Kuartal IV-2025

Revisi proyeksi GGRM dilakukan dengan menurunkan pertumbuhan bottom line 2026, seiring ekspektasi penurunan kinerja 2025 sekitar 41% YoY.

Sempat Dipuji Presiden Prabowo, Kapan Michelin Star Meluncur di Indonesia?
| Minggu, 26 Oktober 2025 | 10:00 WIB

Sempat Dipuji Presiden Prabowo, Kapan Michelin Star Meluncur di Indonesia?

Menurut Manuel, keberhasilan Indonesia meraih Michelin Keys akan membawa dampak luas terhadap pariwisata dan ekonomi nasional.

Persiapkan Dana Juga biar Warisan Tak Jadi Beban
| Minggu, 26 Oktober 2025 | 09:00 WIB

Persiapkan Dana Juga biar Warisan Tak Jadi Beban

Dana untuk perencanaan warisan alias distribusi kekayaan perlu disiapkan. Termasuk, menyiapkan dana buat mengurus BPHTB.

Rupiah Tembus ke Rp 16.602 Per Dolar Amerika Serikat, Apa yang Sebenarnya Terjadi?
| Minggu, 26 Oktober 2025 | 08:52 WIB

Rupiah Tembus ke Rp 16.602 Per Dolar Amerika Serikat, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Beragam sentimen seperti harapan pertemuan China dan AS dalam hal perundingan dagang dan keputusan BI mempertahankan suku bunga. 

Hasil Penjualan Lahan Naik, Laba AKR Corporindo (AKRA) Melejit
| Minggu, 26 Oktober 2025 | 08:44 WIB

Hasil Penjualan Lahan Naik, Laba AKR Corporindo (AKRA) Melejit

AKRA perlu waspada potensi risiko bisnis, seperti penurunan margin akibat perubahan komposisi pelanggan dari sektor tambang ke pasar umum. 

Bayang-Bayang Kinerja Emiten & Keputusan BI Rate Mengiringi Jalannya IHSG Sepekan
| Minggu, 26 Oktober 2025 | 08:18 WIB

Bayang-Bayang Kinerja Emiten & Keputusan BI Rate Mengiringi Jalannya IHSG Sepekan

Gerak IHSG  diwarnai sentimen rilis data suku bunga dan industri China, keputusan moneter BI dan kinerja emiten per kuartal III-2025.

INDEKS BERITA

Terpopuler