Pasar Gelap Ponsel Jadi Ganjalan, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham Erajaya (ERAA)

Rabu, 24 April 2019 | 07:30 WIB
Pasar Gelap Ponsel Jadi Ganjalan, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham Erajaya (ERAA)
[]
Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penjualan ponsel pintar atau smartphone diprediksi kurang menggembirakan pada kuartal I-2019. Alhasil, para analis menilai kinerja PT Erajaya Swasembada Tbk akan cenderung loyo di tiga bulan pertama 2019.

Padahal, sepanjang 2018 lalu, emiten berkode saham ERAA ini sukses membukukan pertumbuhan pendapatan hingga 43,39% menjadi sebesar Rp 34,74 triliun. Hal tersebut berhasil mengerek laba bersih perusahaan ini melesat 150% dari Rp 339,46 miliar menjadi Rp 850,09 miliar di akhir 2018 lalu.

Catatan cemerlang ERAA di tahun lalu tampaknya sulit untuk kembali diukir. Analis Trimegah Sekuritas Darien Sanusi mengatakan, beberapa sentimen negatif cukup mempengaruhi penjualan smartphone pasar domestik. Salah satunya adalah lesunya penjualan ponsel di pasar global.

Ini terlihat dari penjualan iPhone dan Xiaomi yang tercatat cukup mini dalam tiga bulan pertama tahun ini. Hal tersebut terjadi karena masih maraknya penjualan produk ilegal atau black market. Selain itu, harga handset juga menurun signifikan dan menyebabkan adanya ketimpangan harga cukup dalam di pasar legal dan ilegal.

Waktu peluncuran produk iPhone terbaru, yakni iPhone Xs, Xs Max dan Xr, turut menjadi faktor negatif. Mengingat ketiga varian premium tersebut diluncurkan 10 hari lebih cepat ketimbang iPhone X dan 8 pada tahun 2017.

Akibatnya, pembelian iPhone terbaru cenderung meroket pada kuartal IV-2018 dan tak berlanjut di kuartal I-2019. "Untuk itu kami memperkirakan di kuartal I-2019 kinerja cenderung turun, ditambah lagi ERAA bakal melanjutkan ekspansinya membuka toko baru, serta dampak dari beban bunga yang meningkat," kata Darien.

Sementara itu, pada pasar ilegal, harga iPhone diketahui turun 5%, sedangkan harga Xiaomi telah turun 16%. Akibatnya, pasokan menumpuk dan pemangkasan harga telah mendorong pasokan smartphone ilegal semakin banyak. Ini membuat selisih harga penjualan produk di ERAA dan harga produk di pasar ilegal kian lebar.

Dengan demikian, penjualan ponsel pintar ERAA bisa jadi tak akan seciamik tahun lalu. Sebagai gambaran, sepanjang 2018 lalu, emiten ini sukses menjual lebih dari 16 juta smartphone, naik sekitar 30% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sentimen positif

Meskipun begitu, analis BNI Sekuritas William Siregar menilai masih ada beberapa sentimen positif yang mampu mendorong kinerja ERAA sepanjang tahun ini. "ERAA masih bisa berlanjut tumbuh tahun ini, meskipun perlu diakui tidak akan sebaik 2018, tapi kinerja ERAA akan tetap tumbuh," jelas dia, Selasa (23/4).

William menjelaskan, dengan berakhirnya pemilu, di mana calon petahana berpeluang melanjutkan pemerintahan, maka ada ruang kejelasan terkait kebijakan International Mobile Equipment Identity (IMEI). "IMEI ini dampaknya akan sangat baik ke ERAA, karena black market yang saat ini mencapai 20% akan hilang, sehingga volume penjualannya juga akan berlanjut," ungkap dia.

Analis Ciptadana Sekuritas Robert Sebastian menambahkan, rencana Xiaomi mengimpor langsung suku cadang bagi produknya juga akan menjadi sentimen positif. Ini akan memberi ruang bagi ERAA melakukan efisiensi, karena tidak perlu mengimpor suku cadang lagi.

"Manfaat lain adalah efisiensi waktu, karena umumnya ERAA memerlukan waktu inventaris tiga bulan sebelum menjual produk, sekarang bisa turun jadi hanya perlu satu bulan," jelas Robert dalam risetnya, Senin (15/4).

Karena itu, ia memprediksi pendapatan perusahaan ini dapat naik paling tidak 2,48% menjadi Rp 35,61 triliun. Robert masih merekomendasikan tahan saham ERAA dengan target harga Rp 1.470 per saham.

Sementara William masih menyarankan beli ERAA dengan target Rp 2.200 per saham. Darien memangkas rekomendasi ERAA menjadi netral dengan target harga Rp 1.650 per saham.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Saham IPAC Melaju Sampai Digembok Bursa Meski Kondisi Bisnisnya Sedang Tidak Bagus
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 17:37 WIB

Saham IPAC Melaju Sampai Digembok Bursa Meski Kondisi Bisnisnya Sedang Tidak Bagus

Perusahaan agen properti ini justru membukukan rugi bersih semakin besar menjadi Rp 2,38 miliar dari sebelumnya Rp 464,17 juta di semester I-2024.

Melihat Potensi Akuisisi Campina (CAMP) Oleh Investor Strategis
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 12:28 WIB

Melihat Potensi Akuisisi Campina (CAMP) Oleh Investor Strategis

Emiten produsen es krim Campina, PT Campina Es Krim TBk (CAMP) diduga batal diakuisisi oleh manajer investasi asal Bahrain, Investcorp.

Dominasi Bitcoin Merosot di Awal Pekan, Altcoin Ini Layak Dicermati
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 09:34 WIB

Dominasi Bitcoin Merosot di Awal Pekan, Altcoin Ini Layak Dicermati

Bila penurunan dominasi terus berlanjut, likuiditas dari bitcoin bisa mengalir ke aset lain dan membuka ruang bagi reli altcoin.

Marketing Sales CTRA Melemah di Kuartal III, tapi Masih Ada Harapan di Ujung Tahun
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 08:42 WIB

Marketing Sales CTRA Melemah di Kuartal III, tapi Masih Ada Harapan di Ujung Tahun

Efek penurunan suku bunga BI belum terasa ke kredit KPR karena laju pemangkasan bunga kredit bank yang lebih lambat.​

Menang Lelang BWA, Hashim dan Sinar Mas Siap Masuk ke Bisnis Internet Murah
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 08:40 WIB

Menang Lelang BWA, Hashim dan Sinar Mas Siap Masuk ke Bisnis Internet Murah

Potensi perang harga sangat terbuka. Spektrum baru ini bakal menambah kompetisi di fixed broadband, terutama dengan TLKM yang masih dominan.

Harga Saham BBCA Anjlok Terus Hingga Sentuh Level Terendah Tiga Tahun, the Next UNVR?
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 08:27 WIB

Harga Saham BBCA Anjlok Terus Hingga Sentuh Level Terendah Tiga Tahun, the Next UNVR?

Jika level psikologis di 7.000 jebol, maka ada risiko harga saham BBCA bakal turun ke Rp 6.000 per saham.

Perpres Pembangkit Sampah Terbit, Ini Poin Penting & Efeknya ke OASA, TOBA, BIPI
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:54 WIB

Perpres Pembangkit Sampah Terbit, Ini Poin Penting & Efeknya ke OASA, TOBA, BIPI

Pengusaha mendapatkan kepastian penerbitan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) lebih cepat dan harga listrik yang dipatok di US$ 20 cent per KWh.

Baru Empat Izin Tambang yang Dibuka Kembali
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:48 WIB

Baru Empat Izin Tambang yang Dibuka Kembali

Sebanyak 44 perusahaan pertambangan yang mengajukan pengembalian izin telah membayar jaminan reklamasi tambang.

Data Migas Kemenkeu dan ESDM Berbeda
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:43 WIB

Data Migas Kemenkeu dan ESDM Berbeda

Perbedaan bisa muncul karena data di level pimpinan SKK Migas memasukkan produksi LPG yang dikonversi ke setara minyak.

Negosiasi Buntu, Skema Baru Beli BBM Digodok
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:40 WIB

Negosiasi Buntu, Skema Baru Beli BBM Digodok

Kementerian ESDM menjanjikan skema baru pembelian BBM swasta bisa disepakati pekan ini, sehingga bisa mengatasi kelangkaan pasokan

INDEKS BERITA

Terpopuler